Rabu, 14 Agustus 2013

Mengapa Kami semua memilih flatform Avail ??

AVAIL memiliki misi yang sangat mulia : Karena Kemunculan AVAIL, Lebih Banyak Orang Dapat Menikmati Kesehatan & Kehidupan Yang Lebih Baik !

Berbisnis bersama AVAIL berarti kita berperan aktif berbagi informasi bermanfaat bagi kesehatan reproduksi kaum wanita sekaligus mensosialisasikan penggunaan pembalut & pantiliner kesehatan dalam rangka “Cegah Kanker Serviks Se-Dini Mungkin !”

Potensi bisnis dan target market Avail sungguh luar biasa!

Tidak banyak yang menyadari bahwa pembalut wanita adalah kebutuhan rutin & wajib dikonsumsi wanita setiap bulan. Saat ini terdapat sekitar 90 juta wanita usia subur di Indonesia dan sebagian besar diantaranya mengalami masalah dengan organ reproduksinya.

Sementara populasi wanita bertambah lebih cepat dari populasi kaum pria Data dari Deperindag RI 2007, omzet pembalut wanita di Indonesia mencapai 2.5 Trilliun setiap bulan – bila harga emas Rp. 300.000/gram maka potensi bisnis AVAIL setara dengan bisnis senilai 8,3 Ton Emas yang mengalir di sekitar kita setiap bulan !!

Tinggal bagaimana ikhtiar cerdas kita untuk mengambil ‘gunung emas’ tersebut !
Kita dapat mengajak, teman-teman & keluarga dapat mengalihkan belanja bulanan pembalut dan pantiliner setiap bulan pada produk-produk AVAIL yang terpercaya !

Oleh sebab itu melihat peluang luar biasa dan relatif mudah ini – hanya dengan biaya pendaftaran Rp. 60.000, aku ingin mengajak teman2 untuk bergabung bersama jaringanku.

Dapatkan “Resep Rahasia BerBisnis AVAIL” untuk meraih penghasilan tambahan jutaan rupiah setiap bulan, jalan-jalan gratis keluar negeri setiap tahun dan berbagai bonus menarik lainnya – dalam waktu beberapa bulan saja ! Didukung oleh berbagai Tools Marketing (Brosur Produk, Brosur Testimoni, CD, Purple File, dll) yang disediakan oleh PT. AVAIL Elok Indonesia http://www.availelok.co.id/id/
Anda tetap dapat memperkenalkan produk dan bisnis AVAIL secara offline, khususnya pada rekan-rekan Anda yang tidak menggunakan fasilitas dunia maya/internet !

Siapa pun bisa meraih kesuksesan bersama AVAIL, asalkan kita cukup rendah hati untuk belajar, fokus & konsisten menekuninya. AVAIL No. 1 !!

Saya siap membantu Anda untuk menjalankan bisnis AVAIL dengan mudah tanpa harus keluar rumah. Jualan dan order produk2 Avail serta marketing tools bisa lebih mudah dengan sistem belanja online. Gk capek, gk repot dan gk pake ribet..

No ID member/distributor AVAIL dapat berlaku untuk seumur hidup tanpa harus membayar biaya perpanjangan anggota setiap tahun!

Minggu, 04 Agustus 2013

Yuk, Jaga Sejak Dini Demi Masa Depan..

Ibarat pepatah, sedia payung sebelum hujan, demikianlah seharusnya kita menjaga kesehatan tubuh. Menjalani hidup dengan sehat, untuk memetik banyak manfaat bagi diri sendiri.

Menjaga kesehatan berlaku bagi siapa saja, termasuk kaum wanita. Terlebih wanita dianugerahi organ tubuh yang cukup kompleks namun menjadi inti dalam keberlangsungan umat manusia. Sesuai siklus reproduksinya, perjalan seorang wanita diawali dari tahap menstruasi, yang normalnya terjadi pada saat memasuki masa pubertas di usia 10-16 tahun.

Setelah mencapai usia 45 tahun ke atas, tergantung pada kesehatan dan faktor-faktor lainnya, seorng wanita akan mengalami masa menopause. Masa ini adalah akhir dari kemampuan untuk menstruasi dan menandai akhir dari masa kehamilan seorang wanita.

Siklus hidup tersebut tentunya membawa perubahan bagi wanita yang tanpa disadari berisiko memunculkan gangguan kesehatan. Contoh mudahnya, ketika seorang wanita memasuki masa menstruasi.

Menstruasi
Periode ini adalah siklus terpanjang yang dialami setiap wanita hingga akhirnya memasuki masa menopause. Rentang waktunya rata-rata 28 hari (berkisar 21 sampai 40 hari) , yang dapat bervariasi pada setiap wanita tergantung kesehatan fisik, emosi, dan nutrisi wanita itu. Sementara lama waktu menstruasi berkisar antara 3-8 hari dan juga berbeda-beda untuk setiap wanita.

Siklus ini pun tidak luput dari berbagai keluhan fisik dan psikis. Wanita dapat mengalami dismenore yaitu ketidaknyamanan fisik selama beberapa hari sebelum periode menstruasi. Gejalanya dapat berupa payudara yang melunak, puting susu yang nyeri, bengkak, dan mudah tersinggung.

Sedangkan pra menstruasi sindroma (PMS) merupakan gangguan fisik selama menstruasi seperti kram yang disebabkan kontraksi otot-otot halus rahim, sakit kepala, sakit pada bagian tengah perut, gelisah, letih, hidung tersumbat, dan ingin menangis. Dalam bentuk yang paling berat, sering melibatkan depresi dan kemarahan yang membutuhkan penanganan medis.

Siklus ini pun rentan dengan timbulnya berbagai macam kuman karena cairan yang keluar merupakan darah kotor. Dan, apabila cairan ini didiamkan, lama-kelamaan dapat menimbulkan penyakit pada organ kewanitaan, bahkan pada jangka panjang dapat memicu timbulnya human pappiloma virus (HPV) penyebab kanker serviks.

Memilih pembalut wanita
Melihat kenyataan tersebut, menjaga kebersihan organ kewanitaan sehari-hari, terlebih saat menstruasi, menjadi hal yang tak bisa ditawar.

Hal ini pun bisa dilakukan dari cara termudah, yaitu saat memilih pembalut. Pastikan bahwa pada kemasan pembalut terdapat nomor Depkes yang menandakan produk tersebut sudah lolos uji, memiliki daya serap tinggi, berdaya lekat, dan tidak menimbulkan iritasi sehingga nyaman dipakai.

Ganti pembalut setiap 3-4 jam sekali
Salah satu cara untuk menjaga kesehatan daerah kewanitaan adalah dengan membasuh organ kewanitaan harus dari arah depan ke belakang dengan pembersih yang cocok dan tidak menimbulkan iritasi. Para wanita dapat membasuhnya minimal saat mandi dua kali sehari. Selanjutnya, pakai pembalut berkualitas dan rutin mengganti pembalut setiap 3-4 jam sekali dan sebelum tidur saat menstruasi.

Kebersihan organ kewanitaan
Di sisi lain, gunakan juga pantyliner  berkualitas, jangan dibiarkan lembab ataupun digunakan seharian. Rutinlah menggantinya setiap 2-4x sehari agar kebersihan daerah kewanitaan tetap terjaga.

Semenatara itu, sebaiknya gunakan pakaian dalam berbahan katun agar menyerap keringat dan tidak saling tukar menukar handuk, pakaian dalam, dan perlengkapan mandi lainnya dengan orang lain. Terakhir, apabila memiliki masalah seputar kesehatan reproduksi, jangan ragu-ragu untuk segera memeriksakan ke dokter spesialis kandungan.

Adanya kepedulian yang tumbuh dalam diri wanita diharapkan mampu berbuah menjadi sebuah tindakan nyata. Menjaga kebersihan organ kewanitaan sedari dini, tak lain menjadi satu cara agar terhindar dari berbagai risiko penyakita reproduksi.

#artikel Inspirasional

SUDAH AMANKAH PEMBALUT YANG KITA PAKAI..??

Pernahkah Anda berpikir bahwa pembalut yang kita pakai selama ini aman?
Ternyata dari sekian banyak pembalut yang beredar hampir seluruhnya tidak aman dan mengandung racun.

Menurut WHO, Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim NO.1 di dunia, dan 62% salah satunya diakibatkan oleh penggunaan produk pembalut yang tidak berkualitas. Di RSCM: 400 pasien kanker leher rahim baru setiap tahunnya, dan itu baru dari satu rumah sakit dan kematian akibat kanker serviks sekitar 66%. Mayoritas penderita datang dalam kondisi stadium lanjut. Tingkat kesadaran deteksi dini masih rendah. Setiap satu jam ada penambahan penderita kanker mulut rahim di Indonesia.
Daerah kewanitaan yang kita sayangi selama ini ternyata secara tidak sengaja kita racuni. Dan yang membuat kita terkejut adalah bahwa pembalut yang biasa kita pakai ternyata terbuat dari kertas /sampah daur ulang dan mengandung DIOXIN. Konggres (DPR) di Amerika Serikat sedang mempersiapkan Undang-undang pelarangan pemakaian pemutih pada pembalut dan pemakaian bahan daur ulang(http://womenscancercenter.com/cancercosts/hr890.html) tentang Tampon Safety and Research Act of 1999 (Introduced in the House) HR 890 IH. Dan di beberapa negara maju pembalut semacam ini dilarang beredar.


Di Indonesia kita tidak diinformasikan tentang bahaya tersebut, dan industri pembalut tetap menjual produk mereka dengan harga yang sangat murah dan berkualitas rendah karena tidak memakai bahan kapas melainkan berbahan dasar sampah kertas daur ulang dan pemutih.

Pembalut wanita merupakan benda yang sangat vital bagi kaum hawa bahkan sudah menjadi kebutuhan pokok ketika seorang wanita sedang menstruasi. Tanpa disadari, ternyata justru menjadi salah satu penyebab penyakit kewanitaan dengan ditemukannya zat DIOXIN pada benda sahabat wanita itu. Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO bahwa zat DIOXIN dapat menyebabkan kanker.

Sepanjang sejarah, wanita menggunakan berbagai macam perlindungan menstruasi, dimulai dari zaman Mesir Kuno, orang Mesir kuno sudah mengenal pembalut yang pada saat itu masih terbuat dari daun papyrus yang dilembutkan dan bentuknya seperti tampon. Lalu berkembang di Yunani kuno dengan menggunakan bahan kapas halus dan dan dibungkus kayu kecil.

Berbagai macam bahan yang digunakan untuk pembalut wanita seperti rumput kering , wol, kapas, kain bekas, maupun serat sayuran. Bentuknya yiaitu dimasukan ke dalam kantong dan diselipkan di antara kedua kaki.

Beberapa contohnya yang dapat dilihat di Museum Menstruasi antara lain adalah sejenis bantalan yang dijahit dan celemek menstruasi, Orang Inuit (Eskimo) memakai kulit kelinci sementara di Uganda yang dipakai adalah papirus. Cara yang cukup umum adalah dengan menggunakan potongan kain tua.

Pada tahun 1867 ditemukan menstrual cup (mangkuk menstruasi). Mangkuk ini diletakan kedalam kantong kain yang dihubungkan dengan belt yang diikat di pinggang. Pada saat itu, wanita tidak menggunakan apa-apa dibalik roknya, sehingga jika sedang menstruasi, mereka memakai pembalut tersebut.

Pada tahun 1876, bahan dari mangkuk menstruasi tersebut diganti bahannya menjadi bahan karet yang memungkinkan dapat menampung darah haid, lalu terus mengalir melalui selang menuju ke kantong penampungan yang digunakan diluar badan. Namun, yang menggunakan menstrual cup hanya orang-orang tertentu saja. Orang miskin masih menggunkan kain yang bisa dicuci sehingga bisa dipakai berulang kali, karena mereka tidak sanggup membeli menstrual cup.

Barulah pada perang dunia pertama, cikal bakal disposable pads (pembalut sekarang ini) ditemukan. Pembalut wanita sekali pakai yang pertama kali didistribusikan di dunia adalah produk dari Curads and Hartmann’s. Kotex adalah brand pertama untuk pembalut yang dilaunched di Amerika pada tahun 1920.

Ide untuk produk ini berawal dari para perawat yang memakai perban dari bubur kayu untuk menyerap darah menstruasi. Bantalan jenis ini dianggap cukup murah untuk dibuang setelah dipakai dan bahan bakunya gampang didapat. Seorang perawat Perang Dunia pertama, ketika itu mereka menyadari bahwa pembalut yang mereka gunakan untuk membalut luka tentara ternyata bisa mereka gunakan ketika haid. Lalu pada tahun 1900-an, disposable pads dibuat.

Beberapa pembuat pembalut wanita sekali pakai pertama adalah juga produsen perban (pembalut wanita modern dapat digunakan untuk pertolongan pertama pada luka jika tidak ada perban karena pembalut wanita kemampuan menyerapnya tinggi dan steril).
Inovasi pun terjadi. Pada tahun 1960-an, pembalut yang menggunakan belt mulai digantikan dengan pembalut yang menggunakan lem. Lem tersebut berfungsi untuk menahan pada bagian bawah celana dalam. Bahannya pun diganti, yang awalnya memakai bahan wood fiber dan cotton fiber, hingga bahan-bahan lainnya seperti jel.
Sampai sekarang, inovasi pembalut wanita terus dilakukan, yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan wanita.

Setiap wanita menggunakan 15.000 lembar pembalut seumur hidupnya, artinya setiap wanita beresiko TERKONTAMINASI 15.000 kali ZAT DIOXIN yang terdapat pada pembalut biasa yang menggunakan bahan daur ulang.
Apa itu DIOXIN? DIOXIN pada adalah sebuah hasil sampingan dari proses bleaching (pemutihan) yang digunakan pada pabrik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad dan diapers.

Dari hasil penelitian, bahan zat Dioxin dan serat Sintesis yang ada di pembalut wanita dan produk yang mirip lainnya, beresiko tinggi terhadap kesehatan wanita, termasuk resiko terhadap yang berhubungan dengan Cervical Cancer, Endometriosis, Infertility, Ovarian Cancer, Breast cancer, Immune system deficiencies, pelvic inflammatory disease, toxic shock syndrome dan lainnya.

Bagaimana Dioxin tersebut bisa meresap ke dalam rahim?

Bila darah haid (bersifat panas) jatuh ke permukaan pembalut , maka zat dioxin akan dilepaskan melalui proses penguapan. Uap tersebut pertama-tama akan mengenai permukaan vagina, kemudian diserap ke dalam rahim melalui saluran Serviks, lalu masuk ke uterus, melalui tuba fallopi dan berakhir di ovarium.Sehingga menyebabkan : kanker leher rahim, gatal2, myoma dll.

Menurut dr. Rachmad Poedyo Armanto, SpOG, sebenarnya tak ada kategori khusus dalam hal pemilihan pembalut wanita. Namun yang terpenting adalah pembalut tersebut dapat menyerap darah haid secara optimal.

Menurut Dr. Boyke, pemberian pemutih atau pewangi buatan pada pembalut, maka dikhawatirkan akan timbul reaksi alergi, yang bisa berlanjut ke keputihan dan radang atau infeksi.

FAKTA TENTANG PEMBALUT WANITA:
1.Ada pembalut tidak menggunakan bahan baku kapas 100 %
2. Ada pembalut yang menggunakan bahan baku kertas bekas dan serbuk kayu (pulp) yang didaur ulang untuk menjadikannya bahan dasar guna menghemat biaya produksi.
3. Bahan baku tersebut mulai dari kertas koran, kardus, dan karton bekas yang penuh dengan bakteri, kuman dan bau.
4. Dalam proses daur ulang banyak zat kimia (DIOXIN) yang digunakan untuk proses pemutihan.
Pembalut wanita adalah produk sekali pakai. karena itulah para produsen mendaur ulang bahan baku kertas bekas dan pulp dan menjadikannya bahan baku dasar untuk menghemat biaya produksi. pembalut ini mengandung Zat Dioxin yang sangat berbahaya.

Efek Dioxin:
- Vulva Cancer
- Ovary Cancer
- Kista
- Myom
- Keputihan
- Angkat Rahim


Di dunia, setiap 2 menit, seorang wanita meninggal akibat kanker serviks, di Indonesia, setiap 1 jam (Ferlay J et al. Globocan 2002. IARC 2004). Sementara ketidaktahuan para wanita akan ancaman kanker serviks juga turut membantu banyaknya wanita yang meninggal akibat penyakit ini.

Ditemukan Penyebab Utama Kanker Mulut Rahim di Indonesia Adalah Pembalut berkualitas buruk, Hati-Hati dengan Pembalut Anda, Cek Kualitas Pembalut Yang Biasa Anda Pakai. Menurut WHO (Badan Kesehatan Dunia), Indonesia merupakan negara dengan penderita kanker mulut rahim (serviks) no.1 di Dunia dan 62% nya diakibatkan oleh penggunaan pembalut yang kurang berkualitas! Di RSCM, 400 pasien kanker serviks baru setiap tahunnya. Di RSCM, kematian akibat kanker serviks sekitar 66%
Tahukah Anda bahwa menurut penelitian terdapat sebanyak 107 bakteri per milimeter persegi ditemukan di atas pembalut wanita biasa, kondisi inilah yang membuat pembalut biasa menjadi sumber sarang pertumbuhan bakteri merugikan, meski pembalut biasa hanya dipakai selama 2 jam saja. Bayangkan banyaknya bakteri pada permukaan seluas pembalut, apalagi jika dipakai lebih dari 2 jam.

Perlu diketahui untuk para wanita :

1. Kemungkinan seorang wanita dewasa terjangkit infeksi vagina adalah 83%. Berarti dari 10 wanita ada 8 wanita yang mengalami infeksi vagina !
2. 62% dari statistik tersebut disebabkan oleh pemakaian pembalut biasa !
3. Rata-rata setiap wanita memerlukan sedikitnya 3 – 6 hari dalam sebulan untuk perawatan infeksi vagina !
4. Jika seorang wanita mulai terjangkit infeksi vagina sejak usia 20 tahun, sedikitnya dibutuhkan 6 tahun dalam hidupnya hanya untuk proses pengobatan dan perawatan infeksi vagina !

Hampir semua wanita tidak pernah tahu tentang pembalut yang biasa mereka beli dan pakai selama ini. Dan mereka tidak pernah curiga dan tidak pernah mencoba merobek atau mengamati bahan pembalut yang biasa mereka pakai. Banyak wanita suka membeli pembalut biasa yang ada dipasaran hanya memikirkan harga murah dan cukup enak dipakai, tanpa mengetahui sedikitpun resiko kesehatan dari pemakaian pembalut atau pantyliner biasa.

Pembalut wanita, termasuk klasifikasi produk konsumer cepat saji dan produk sekali pakai. Karena itulah para produsen pembalut biasa kerap mendaur ulang bahan sampah kertas bekas dan menjadikan sampah kertas bekas ini menjadi bahan dasar untuk menghemat biaya produksi. Dalam proses daur ulang sampah kertas bekas ini, tentu banyak menggunakan bahan-bahan kimia untuk proses pemutihan kembali, menghilangkan bau sampah kertas bekas dan proses sterilisasi bakteri yang terdapat pada sampah kertas bekas.


Kertas Sampah bekas sebagai bahan dasar pembalut biasa

Bahan baku pembalut biasa dari kertas bekas dengan proses pemutihan / bleaching bahan dengan bahan kimia berbahaya
Kertas daur ulang yang telah diproses dengan bahan kimia inilah yang kemudian dibungkus rapi dan siap dipasarkan sebagai pembalut biasa yang kita temukan dipasaran. Para wanita membelinya dengan harga murah dan menggunakan tanpa perasaan was-was, namun berpotensi buruk bagi kesehatan wanita.
Masalah Haid akibat pembalut berkualitas buruk
Saat sedang haid dan memakai pembalut biasa, tanpa disadari cairan yang sudah diserap oleh pembalut biasa yang sudah bercampur dengan kimia dan bercampur dengan bahan yang tidak steril dari pembalut biasa. Dan saat seorang wanita duduk tanpa disadari maka cairan kotor dari pembalut akan keluar kembali karena terkena tekanan dan naik ke atas dan masuk kembali ke organ kewanitaan. Hal ini yang akan menyebabkan infeksi dan timbulnya masalah kewanitaan. Hati-hati jika anda merasa saat memakai pembalut terasa becek / tidak kering.

Tanda-tanda terjadinya infeksi bagi wanita haid:
1.Demam
2.Sering buang air kecil
3.Pusing
4.Sakit perut / Mual
5.Keputihan
6.Sakit pinggang
7.Sakit ketika buang air kecil
 
Myom, kista, dan kanker serviks tidak datang secara tiba-tiba. Pasti ada sebab dan prosesnya. Infeksi dan masalah kewanitaan tersebut sebenarnya bisa dicegah.  

Untuk pengujian apakah terbuat dari pulp/kertas daur ulang, Anda dapat melakukan pengetesan apakah pembalut yang anda beli aman atau tidak dengan cara seperti di bawah ini:
1. Sobek produk pembalut Anda, ambil bagian inti dalamnya.
2. Ambil segelas air putih. Usahakan gunakan gelas transparan sehingga lebih jelas.
3. Ambil sebagian dari lembaran inti pembalut Anda dan celupkan ke dalam air tersebut. Aduk dengan sumpit.
4. Lihat perubahan warna air (karena kalo higienis dan bersih, seharusnya air akan tetap jernih).
5. Lihat apakah produk tersebut tetap utuh atau hancur seperti pulp.
Jika hancur dan airnya KERUH, berarti Anda menggunakan produk yang kurang berkualitas, dan banyak mengandung zat pemutih (DIOKSIN).


sumber: http://notmisterjekyll.wordpress.com/2012/02/29/waspadai-pembalut-yang-berbahaya-bagi-wanita/

Sabtu, 03 Agustus 2013

Terapi Membersihkan Rahim dgn Avail FC

Lakukan kurang Lebih 1 Bulan Terapi AVAIL FC dengan cara Sbb :

1. Gunakan Pantiliner Hijau terus menerus.
SeTiap 3 jam sekali hrs diganti Dgn yang baru

2. Selama tidur malam hari, pakai Pembalut Night Use Pink hingga bangun pagi hari, kemudian pada saat bangun pagi diganti lg dg Pantiliner Hijau spt biasa.
Tiap 3 jam sekali hrs diganti dg yg baru hingga sampai waktu tidur malam hari lg. Begitu seterusnya, lakukan Terapi ini tiap hari selama kurang lebih 1 bulan.

3. Pada saat Haid, Pakai Pembalut Day Use Biru utk siang hari dan tiap 3 jam sekali hrs diganti dg yg baru,
Pada malam hari atau pada saat Haid sedang banyak-2nya gunakan Pembalut Night Use Pink.

4. Apabila mengalami gejala-2 pusing, mual-2, keluar bintik-2 merah pada bagian tubuh, sakit perut / nyeri pinggang, terasa gatal-2 di vagina, atau malah keluar keputihan yg banyak, dll. Usahakan Terapi Pemakaian "AVAIL FC" hrs tetap dilanjutkan spt biasa sesuai aturan.

JangaN dihentikan krn itu hanyalah gejala-2 / proses menuju penyembuhan sbg akibat reaksi dari Obat Herbal alami yg terkandung di dlm Pembalut "AVAIL" tsb.
Lama kelamaan gejala-2 tsb akan berhenti / hilang dg sendirinya.

5. Jika selama 1 bulan melakukan Terapi "AVAIL FC" ini, Anda sdh merasa nyaman dan sehat kembali,
Pemakaian pantiliner sehari-hari biSa dihentikan.
Gunakan bila diperlukan saja.
Tetapi, Tetap gunakan Pembalut "AVAIL FC" pada saat Haid Dan gunakan sesuai dg keinginan / kebutuhan Anda.

Warning !!
JangaN sekali-kali Anda mencoba menggunakan lg Pembalut biasa yg ada di pasaran, krn itu hny akan mencemari Rahim / Daerah Kewanitaan Anda yg sdh benar-2 dibersihkan oleh "AVAIL FC" melalui Terapi yg baru Anda lakukan.

6. Lakukan Terapi dg Pembalut "AVAIL FC" ini secara sungguh-2, disiplin dan benar-2 sesuai dg aturan yaitu tiap 3 jam sekali diganti dg yg baru.
Diharapkan pemakaian teratur dapat Mempercepat Proses Penyembuhan jika Ada masalaH di sekitar organ reproduksi.
HasiL/kesembuhan tergantung pada masing2 orang, metabolisme tubuh un ikut menentukan apakah bisa sembuh secara cepat atau lambat.
Disamping itu, Kondisi kesehatan / kekebalan tubuh Seseorang jg sangat berpengaruh thd Proses terapi ini, krn masing-2 Orang berbeda-beda.

7. Disarankan utk lbh berhati-hati dlm menjaga kondisi kesehatan masing-2, terutama pola makan sehari-2, hrs diperhatikan.
JangaN makan sembarangan, jaga gizi makanan , cukup istirahat, cukup olah raga, dll.
Semua ini akan sangat berpengaruh terhadap Proses Penyembuhan dg Terapi "AVAIL" ini.

8. Jangan lupa bagikan Pengalaman kesuksesan Anda melakukan Terapi "AVAIL FC" ini hingga mampu terbebas / sembuh dari Penyakit / masalah-2 Kewanitaan anda kepada : Saudara Kandung, Saudara-2 lain, Sahabat-2, Tetangga dan Teman-2 Anda.

SELAMAT MENCOBA.. SEMOGA SUKSES DAN SEHAT SELALU..!!

DIOXINS AND THEIR EFFECTS ON HUMAN HEALTH


 Media Centre World Health Organization/WHO 

DIOXINS AND THEIR EFFECTS ON HUMAN HEALTH

Fact sheet N°225
May 2010
Key Facts
  • Dioxins are a group of chemically-related compounds that are persistent environmental pollutants.
  • Dioxins are found throughout the world in the environment and they accumulate in the food chain, mainly in the fatty tissue of animals.
  • More than 90% of human exposure is through food, mainly meat and dairy products, fish and shellfish. Many national authorities have programmes in place to monitor the food supply.
  • Dioxins are highly toxic and can cause reproductive and developmental problems, damage the immune system, interfere with hormones and also cause cancer.
  • Due to the omnipresence of dioxins, all people have background exposure, which is not expected to affect human health. However, due to the highly toxic potential of this class of compounds, efforts need to be undertaken to reduce current background exposure.
  • Prevention or reduction of human exposure is best done via source-directed measures, i.e. strict control of industrial processes to reduce formation of dioxins as much as possible.

Background
Dioxins are environmental pollutants. They have the dubious distinction of belonging to the “dirty dozen” - a group of dangerous chemicals known as persistent organic pollutants. Dioxins are of concern because of their highly toxic potential. Experiments have shown they affect a number of organs and systems. Once dioxins have entered the body, they endure a long time because of their chemical stability and their ability to be absorbed by fat tissue, where they are then stored in the body. Their half-life in the body is estimated to be seven to eleven years. In the environment, dioxins tend to accumulate in the food chain. The higher in the animal food chain one goes, the higher the concentration of dioxins.
The chemical name for dioxin is: 2,3,7,8- tetrachlorodibenzo para dioxin (TCDD). The name "dioxins" is often used for the family of structurally and chemically related polychlorinated dibenzo para dioxins (PCDDs) and polychlorinated dibenzofurans (PCDFs). Certain dioxin-like polychlorinated biphenyls (PCBs) with similar toxic properties are also included under the term “dioxins”. Some 419 types of dioxin-related compounds have been identified but only about 30 of these are considered to have significant toxicity, with TCDD being the most toxic.

Sources of dioxin contamination
Dioxins are mainly by products of industrial processes but can also result from natural processes, such as volcanic eruptions and forest fires. Dioxins are unwanted by products of a wide range of manufacturing processes including smelting, chlorine bleaching of paper pulp and the manufacturing of some herbicides and pesticides. In terms of dioxin release into the environment, uncontrolled waste incinerators (solid waste and hospital waste) are often the worst culprits, due to incomplete burning. Technology is available that allows for controlled waste incineration with low emissions.
Although formation of dioxins is local, environmental distribution is global. Dioxins are found throughout the world in the environment. The highest levels of these compounds are found in some soils, sediments and food, especially dairy products, meat, fish and shellfish. Very low levels are found in plants, water and air.
Extensive stores of PCB-based waste industrial oils, many with high levels of PCDFs, exist throughout the world. Long-term storage and improper disposal of this material may result in dioxin release into the environment and the contamination of human and animal food supplies. PCB-based waste is not easily disposed of without contamination of the environment and human populations. Such material needs to be treated as hazardous waste and is best destroyed by high temperature incineration.

Dioxin contamination incidents
Many countries monitor their food supply for dioxins. This has led to early detection of contamination and has often prevented impact on a larger scale. One example is the detection of increased dioxin levels in milk in 2004 in the Netherlands, traced to a clay used in the production of the animal feed. In another incident, elevated dioxin levels were detected in animal feed in the Netherlands in 2006 and the source was identified as contaminated fat used in the production of the feed.
Some dioxin contamination events have been more significant, with broader implications in many countries.
In late 2008, Ireland recalled many tons of pork meat and pork products when up to 200 times more dioxins than the safe limit were detected in samples of pork. This finding led to one of the largest food recalls related to a chemical contamination. Risk assessments performed by Ireland indicated no public health concern. The contamination was traced back to contaminated feed.
In July 2007, the European Commission issued a health warning to its Member States after high levels of dioxins were detected in a food additive - guar gum - used as thickener in small quantities in meat, dairy, dessert or delicatessen products. The source was traced to guar gum from India that was contaminated with pentachlorophenol (PCP), a pesticide no longer in use. PCP contains dioxins as contamination.
In 1999, high levels of dioxins were found in poultry and eggs from Belgium. Subsequently, dioxin-contaminated animal-based food (poultry, eggs, pork), were detected in several other countries. The cause was traced to animal feed contaminated with illegally disposed PCB-based waste industrial oil.
In March 1998, high levels of dioxins in milk sold in Germany were traced to citrus pulp pellets used as animal feed exported from Brazil. The investigation resulted in a ban on all citrus pulp imports to the EU from Brazil.
Another case of dioxin contamination of food occurred in the United States of America in 1997. Chickens, eggs, and catfish were contaminated with dioxins when a tainted ingredient (bentonite clay, sometimes called “ball clay”) was used in the manufacture of animal feed. The contaminated clay was traced to a bentonite mine. As there was no evidence that hazardous waste was buried at the mine, investigators speculate that the source of dioxins may be natural, perhaps due to a prehistoric forest fire.
Large amounts of dioxins were released in a serious accident at a chemical factory in Seveso, Italy, in 1976. A cloud of toxic chemicals, including 2,3,7,8-Tetrachlorodibenzo-p-dioxin, or TCDD, was released into the air and eventually contaminated an area of 15 square kilometres where 37 000 people lived. Extensive studies in the affected population are continuing to determine the long-term human health effects from this incident. These investigations, however, are hampered by the lack of appropriate exposure assessments. A minor increase in certain cancers and effects on reproduction have been detected and are being further investigated. Possible effects on the children of exposed people are currently being studied.
TCDD has also been extensively studied for health effects linked to its presence as a contaminant in some batches of the herbicide Agent Orange, which was used as a defoliant during the Vietnam War. A link to certain types of cancers and also to diabetes is still being investigated.
Earlier incidents of food contamination have been reported in other parts of the world. Although all countries can be affected, most contamination cases have been reported in industrialized countries where adequate food contamination monitoring, greater awareness of the hazard and better regulatory controls are available for the detection of dioxin problems.
A few cases of intentional human poisoning have also been reported. The most notable incident is the 2004 case of Viktor Yushchenko, President of the Ukraine, whose face was disfigured by chloracne.

Effects of dioxins on human health
Short-term exposure of humans to high levels of dioxins may result in skin lesions, such as chloracne and patchy darkening of the skin, and altered liver function. Long-term exposure is linked to impairment of the immune system, the developing nervous system, the endocrine system and reproductive functions. Chronic exposure of animals to dioxins has resulted in several types of cancer. TCDD was evaluated by the WHO’s International Agency for Research on Cancer (IARC) in 1997. Based on animal data and on human epidemiology data, TCDD was classified by IARC as a "known human carcinogen”. However, TCDD does not affect genetic material and there is a level of exposure below which cancer risk would be negligible.
Due to the omnipresence of dioxins, all people have background exposure and a certain level of dioxins in the body, leading to the so-called body burden. Current normal background exposure is not expected to affect human health on average. However, due to the high toxic potential of this class of compounds, efforts need to be undertaken to reduce current background exposure.

Sensitive subgroups
The developing fetus is most sensitive to dioxin exposure. The newborn, with rapidly developing organ systems, may also be more vulnerable to certain effects. Some individuals or groups of individuals may be exposed to higher levels of dioxins because of their diets (e.g., high consumers of fish in certain parts of the world) or their occupations (e.g., workers in the pulp and paper industry, in incineration plants and at hazardous waste sites, to name just a few).

Prevention and control of dioxin exposure
Proper incineration of contaminated material is the best available method of preventing and controlling exposure to dioxins. It can also destroy PCB-based waste oils. The incineration process requires high temperatures, over 850°C. For the destruction of large amounts of contaminated material, even higher temperatures - 1000°C or more - are required.
Prevention or reduction of human exposure is best done via source-directed measures, i.e. strict control of industrial processes to reduce formation of dioxins as much as possible. This is the responsibility of national governments, but in recognition of the importance of this approach, the Codex Alimentarius Commission adopted in 2001 a Code of Practice for Source Directed Measures to Reduce Contamination of Foods with Chemicals (CAC/RCP 49-2001), and in 2006 a Code of Practice for the Prevention and Reduction of Dioxin and Dioxin-like PCB Contamination in Food and Feeds (CAC/RCP 62-2006).
More than 90% of human exposure to dioxins is through the food supply, mainly meat and dairy products, fish and shellfish. Consequently, protecting the food supply is critical. One approach includes, as mentioned above, source-directed measures to reduce dioxin emissions. Secondary contamination of the food supply needs to be avoided throughout the food-chain. Good controls and practices during primary production, processing, distribution and sale are all essential to the production of safe food.
Food contamination monitoring systems must be in place to ensure that tolerance levels are not exceeded. It is the role of national governments to monitor the safety of food supply and to take action to protect public health. When incidents of contamination are suspected, countries should have contingency plans to identify, detain and dispose of contaminated feed and food. The exposed population should be examined in terms of exposure (e.g. measuring the contaminants in blood or human milk) and effects (e.g. clinical surveillance to detect signs of ill health).

What should consumers do to reduce their risk of exposure?
Trimming fat from meat and consuming low fat dairy products may decrease the exposure to dioxin compounds. Also, a balanced diet (including adequate amounts of fruits, vegetables and cereals) will help to avoid excessive exposure from a single source. This is a long-term strategy to reduce body burdens and is probably most relevant for girls and young women to reduce exposure of the developing fetus and when breastfeeding infants later on in life. However, the possibility for consumers to reduce their own exposure is somewhat limited.

What does it take to identify and measure dioxins in the environment and food?
The quantitative chemical analysis of dioxins requires sophisticated methods that are available only in a limited number of laboratories around the world. These are mostly in industrialized countries. The analysis costs are very high and vary according to the type of sample, but range from over US$ 1700 for the analysis of a single biological sample to several thousand US dollars for the comprehensive assessment of release from a waste incinerator.
Increasingly, biological (cell- or antibody) -based screening methods are being developed. The use of such methods for food samples is not yet sufficiently validated. Nevertheless, such screening methods will allow more analyses at lower cost. In case of a positive screening test, confirmation of results must be carried out via more complex chemical analysis.

WHO activities related to dioxins
Reducing dioxin exposure is an important public health goal for disease reduction, also with respect to sustainable development. In order to give guidance on acceptable levels of exposure, WHO has held a series of expert meetings to determine a tolerable intake of dioxins to which a human can be exposed throughout life without harm.

In the latest of such expert meetings held in 2001, the Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives (JECFA) performed an updated comprehensive risk assessment of PCDDs, PCDFs, and “dioxin-like” PCBs. The experts concluded that a tolerable intake could be established for dioxins on the basis of the assumption that there is a threshold for all effects, including cancer. The long half-lives of PCDDs, PCDFs and “dioxin-like” PCBs mean that each daily ingestion has a small or even a negligible effect on overall intake. In order to assess long- or short-term risks to health due to these substances, total or average intake should be assessed over months, and the tolerable intake should be assessed over a period of at least one month. The experts established a provisional tolerable monthly intake (PTMI) of 70 picogram/kg per month. This level is the amount of dioxins that can be ingested over lifetime without detectable health effects.
WHO, in collaboration with the Food and Agriculture Organization (FAO), through the joint FAO/WHO Codex Alimentarius Commission, has established a ‘Code of Practice for the Prevention and Reduction of Dioxin and Dioxin-like PCB Contamination in Foods and Feed’. This document gives guidance to national and regional authorities on preventive measures. The establishment of Codex guideline levels for dioxins in foods is under consideration.
Since 1976, WHO has been responsible for the Global Environment Monitoring System’s Food Contamination Monitoring and Assessment Programme. Commonly known as GEMS/Food, the programme provides information on levels and trends of contaminants in food through its network of participating laboratories in over 70 countries around the world. Dioxins are included in this monitoring programme.
Since 1987, WHO has conducted periodic studies on levels of dioxins in human milk, mainly in European countries. These studies provide an assessment of human exposure to dioxins from all sources. Recent exposure data indicate that measures introduced to control dioxin release in a number of countries have resulted in a substantial reduction in exposure to these compounds over the past two decades.
WHO is now working with the United Nations Environmental Programme (UNEP) on the implementation of the ‘Stockholm Convention’, an international agreement to reduce emissions of certain persistent organic pollutants (POPs), including dioxins. A number of actions are being considered internationally to reduce the production of dioxins during incineration and manufacturing processes. In responding to the needs of the Stockholm Convention on POPs, the WHO GEMS/Food has developed a new protocol for a Global Survey of Human Milk for POPs in order to meet the health, food safety and environmental objectives of WHO, UNEP and their member countries. This protocol will assist national and regional authorities to collect and analyse representative samples in order to assess the current state of background exposure and in the future to assess the effectiveness of measures taken to reduce exposure.
Dioxins occur as a complex mixture in the environment and in food. In order to assess the potential risk of the whole mixture, the concept of toxic equivalence has been applied to this group of contaminants. TCDD, the most toxic member of the family, is used as reference compound, and all other dioxins are assigned a toxic potency relative to TCDD, based on experimental studies. During the last 15 years, WHO, through the International Programme on Chemical Safety (IPCS), has established and regularly re-evaluated toxic equivalency factors (TEFs) for dioxins and related compounds through expert consultations. WHO-TEF values have been established which apply to humans, mammals, birds and fish. The last such consultation was held in 2005 to update human and mammalian TEFs. These international TEFs have been developed for application in risk assessment and management, and have been adopted formally by a number of countries and regional bodies, including Canada, Japan, the United States and the European Union.
For more information contact:

WHO Media centre
Telephone: +41 22 791 2222
E-mail: mediainquiries@who.int
Tahukah Anda ? Menurut Yayasan Kanker Indonesia, saat ini penyakit Kanker Mulut Rahim menyebabkan korban meninggal sedikitnya 200.000 wanita /tahun. (www.cegahkankerserviks.org)Setiap tahun lebih dari 8.000 wanita di Indonesia meninggal akibat Kanker Mulut Rahim (Kanker Serviks).(setiap 1 jam, 1 Wanita di Indonesia meninggal dunia).Sebanyak 52 Juta dari sekitar 115 Juta perempuan Indonesia beresiko terkena Kanker Rahim karena berbagai alasan, kata dr. Djemi, SPOG dalam seminar "Deteksi Dini Kanker Rahim & Payudara pada Wanita", di Palu, Maret 2007. (kutipan harian Analisa, Minggu 25 Maret 2007)Jika seseorang mulai terjangkit infeksi vagina sejak usia 20 tahun, maka sedikitnya 6 tahun hidupnya akan dihabiskan hanya untuk pengobatan dan perawatan infeksi.Banyak wanita terjangkit infeksi vagina disebabkan oleh pemakaian pembalut yang kurang berkualitas.
The Tampon Safety and Research Act of 1999, H.R.890 USA 1999Menyatakan bahwa zat Dioxin dan Serat Sintetis yang terkandung dalam pembalut wanita dan produk sejenis, beresiko tinggi terhadap kesehatan wanita, termasuk resiko terhadap: kanker Serviks, kanker Ovarium, kanker Payudara, Endometriosis, radang Serviks, penurunan sistem kekebalan tubuh dll.

Para ahli kanker international, serta Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa zat Dioxin dapat menyebabkan kanker. Zat Dioxin adalah hasil sampingan dari proses bleaching (pemutihan) yang digunakan pada pabrik kertas, termasuk pabrik pembalut wanita, tissue, sanitary pad dan diaper (pembalut untuk anak-anak).

Bagaimana zat DIOXIN bisa meresap ke dalam rahim ?
Bila darah haid jatuh ke pembalut, zat dioxin akan dilepas melalui prose penguapan.
Pertama, akan mengenai permukaan 'V', kemudian diserap ke dalam rahim melalui saluran serviks, lalu masuk ke uterus lalu melalui tuba fallopi dan berakhir di ovarium.

Pernahkah kita menghitung berapa lama kita terpapar zat dioxin ini ? Kalau usia anda sama dgn saya, maka lebih kurang ada 20th nan zat dioxin ini pelan-pelan telah meracuni kita. Diam-diam zat Dioxin menyelundupkan The Silent Killer ke dalam tubuh kita yang kita cintai ini. Saya mencintai diri saya dan saya juga mencintai anda, para saudara saya. Mengapa saya mesti repot-repot ya mencintai anda semua ?.....
Tak lain karena saya ingin keimanan saya sebagai umat Islam (kebetulan saya beragama Islam. Alhamdulillah) menjadi sempurna.
Rasulullah saw besabda:"tidaklah sempurna keimanan seseorang jika seseorang itu tidak mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri" (HR Anas Ibnu Malik)

Mari kita lindungi dan cintai diri kita dan orang-orang disekitar kita dengan mengkampanyekan STOP PENGGUNAAN PEMBALUT YANG MENGANDUNG DIOXIN !!!!
Lindungi anak-anak perempuan kita. MENCEGAH lebih MUDAH dan MURAH dari pada mengobati!!

Mari beralih ke AVAIL FC BIO-SANITARY PAD !!
Keunggulan dari produk ini diantaranya adalah:
1. Hasil olahan Bio-Teknologi.
2. Mengandung ramuan HERBAL (alami)
3. Bebas DIOXIN, bahan yg. berbahaya terutama bagi
masalah wanita.
4. Berfungsi ganda: DETEKSI & TERAPI.

Kini, produk ini bisa Anda dapatkan dengan mudah lewat jaringan kami yang tersebar di seluruh Indonesia.

Produk AVAIL telah banyak membantu mengatasi berbagai persoalan wanita dan "bahkan juga" pria!. Seperti : keputihan, senggugut (dilep/kram perut), haid yang tidak teratur, kanker leher rahim, kista, myom, bahkan kanker payudara. Beberapa kisah nyata mereka para pemakai bahkan ada yang sangat dramatis, "sulit dipercaya" seorang pengidap kista hanya memakai pantiliner beberapa hari, ternyata bisa keluar tanpa harus operasi!. Seorang pengidap kanker payudara juga bisa terbantu oleh AVAIL.

Pilihan SEHAT ada di tangan ANDA SENDIRI !!! Make Your Choice Quickly....AVAIL No.1 !!!

Awalnya..

Bismillahirahmanirahim..

Blog ini saya buat dengan tujuan untuk berbagi kepada siapa saja yang mungkin bisa mengambil manfaat dari apapun yang saya tulis.

Karena: "Tidaklah dikatakan seseorang itu beriman jika tidak mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri"

Mari menyebarkan manfaat bagi kemaslahatan orang lain untuk kemaslahatan diri sendiri fit Dunya walAkhirah. Barakallahufik.